Pelajaran Dari Perjalanan

Pelajaran Dari Perjalanan

- 3 mins

Dalam setiap perjalanan ada pelajaran, bukan bagaimana cara mencapai tujuan, tapi bagaimana cara menikmati perjalanan itu sendiri. (drg. FAISOL BASORO)

Mengenal satu-persatu staff puskesmas. Inilah salah satu kegiatan sampingan saya selama 8 bulan menjadi kepala Puskesmas Barabai. Hampir setiap hari.

Saat ini, saya mulai hafal nama-nama staff puskesmas. Wajah-wajahnya. Sifat-sifatnya. Kebiasaanya. Dari mana asalnya. Sudah berapa lama kerja. Hingga keadaan keluarganya.

Ada pelajaran penting yang saya peroleh selama menjadi kepala puskesmas di Barabai. Menyatukan banyak kepala itu ternyata gampang-gampang susah. Tapi lebih banyak susahnya. Lebih sulit dari yang saya bayangkan. Konflik. Keinginan yang berbeda. Personal interest. Capaian program. Sinkronisasi dari atasan dengan keadaan puskesmas sebenarnya. Dan banyak lagi. Bahkan, latar belakang keluarga beberapa staff menyulitkan saya dalam mengambil keputusan. Belum lagi kedekatan saya dengan beberapa staff. Menjadi founder dari beberapa startup, rasanya, tidak sesulit itu.

Dokter Sri, saya juga baru tahu kalau beliau salah satu dokter yang cukup lama menjadi kepala puskesmas, beliau disamping pinter juga punya prinsip. Orangnya straight. Tapi bisa memposisikan diri sebagai staff saya dengan baik. Padahal beliau adalah senior bagi saya. Banyak hal kebijakan puskesmas yang saya diskusikan dengan beliau sebelum saya lempar ke publik.

Dokter Sri ternyata juga cerdas. Kesenioran beliau bukan hambatan untuk mengeluarkan ide-ide kreatif. Bukannya sok tahu tentang banyak hal di puskesmas, tapi malah membuat terobosan-terobosan yang selalu didiskusikan dulu dengan saya. Alih-alih menganggap itu adalah idenya, sayalah yang memyampaikan di setiap lokmin, seakan-akan adalah ide saya pribadi. Bukan hanya sekali, tapi beberapa kali. Salah satunya mengaktifkan kembali Sahabat Lansia dan keterlibatan beliau dikegiatan akreditasi puskesmas.

Pak Hasmi juga orang yang cerdas. Konsisten. Sebagai ketua tim akreditasi, tentunya banyak waktu yang tersita. Tapi bukan berarti meninggalkan tugas-tugas utama di puskesmas. Program luar gedung juga tak pernah tak dikerjakan. Entah itu penyuluhan disekolah-sekolah sampai ke desa-desa. Tugas dadakan yang sering saya berikan dikerjakannya dengan sempurna. Salah satunya sosialisi HIV/AIDS saat taraweh.

Puncaknya adalah ide beliau dalam mencari jalan keluar permasalahan akreditasi. Itu beliau sampaikan saat-saat terakhir saya sebagai kepala puskesmas Barabai. Memang ide yang brilian. Semoga kepala puskesmas yang baru berkenan dengan keputusan saya disaat terakhir itu.

Pak M. Noor nyaman diajak diskusi banyak hal. Itu penilaian saya saat ini. Sebelumnya saya sangat berhati-hati menyampaikan permasalahan puskesmas. Background beliau sepertinya menjadi barier. Sekarang saya kagum sama beliau. Orangnya luwes. Tidak kaku. Berpikiran terbuka. Asik diajak diskusi topik apapun. Apalagi kalau topiknya tentang keislaman. Saya banyak belajar.

Satu hal lagi tentang Pak M. Noor. Beliau adalah partner kerja yang luar biasa. Tanpa beliau, tentu banyak pekerjaan saya yang terbengkalai. Kecepatan dan ketepatan kerja patut diacungi jempol. Tak Ada pekerjaan yang tak pernah selesai. Padahal saya hanya menggambarkan situasinya dan apa keinginan saya. Itupun saya sampaikan secara verbal. Dengan akurat beliau mampu menterjemahkannya menjadi kerja-kerja nyata. Pada akhirnya sangat beralasan kalau beliau sering berseloroh “Pian maunya pengen cepat”.

Saya juga ingat, bersama Pak Ujang, Pak M. Noor sering mengajari saya kiat-kiat menjabat di Pemerintahan. Tentang ilmu menahan diri. Tentang bagaimana berlaku sebagai bawahan. Sampai hal-hal kecil selalu jadi bahan diskusi bertiga dikala senggang.

Pun tidak lupa staff-staff lainnya. Baik yang PNS maupun yang TKS. Mereka berperan membentuk karakter saya selama menjadi kepala puskesmas Barabai. Terima kasih yang tak terhingga.

Pelajaran lain yang saya dapat adalah, kebersamaan dan profesionalitas di puskesmas Barabai menjadikannya sebuah tim yang kuat. Disitu ada tawa. Ada duka. Ada gembira. Ada selisih paham. Ada air mata. Tapi semuanya bisa diselesaikan. Tidak menghambat perkerjaan utama, yaitu MELAYANI SEPENUH HATI. Mereka bisa menyelesaikan permasalahannya sendiri. Dengan cara mereka sendiri. Saya sekedar memberikan alternatif-alternatif.

Puskesmas Barabai memang luar biasa. Hingga pernah terucap dalam benak saya. Puskesmas ini secara “software” sudah lengkap. Budaya kerja sudah terbentuk. Etos kerja sudah mendarah daging. Kedisiplinan sudah menjadi gaya hidup. Apalagi yang bisa saya sumbangkan untuk puskesmas ini? Sampai saat ini pertanyaan itu belum bisa saya jawab.

Tapi pada akhirnya, puskesmas jugalah yang akan memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan saya diatas. Apakah proses akreditasi akan berakhir ‘bahagia’? Apakah yang saya kerjakan selama ini akan menjadi budaya?

Hari ini (Senin, 21 Agustus 2017) adalah hari pertama saya di RSHD, yang berarti berakhir juga tugas-tugas saya di Puskesmas Barabai. Sekiranya selama ini ada yang kurang berkenan, sudilah memaafkan. Insya Allah saya masih akan sering hadir di Puskesmas Barabai. Mohon buka pintu lebar-lebar. Sukses selalu buat teman-teman di PUSKESMAS BARABAI.

Basoro

RSHD, 21 Agustus 2017

Basoro

Basoro

Dokter Gigi di RSUD H. Damanhuri - Barabai. Bapak untuk 3 orang anak.

Comments

Want to leave a comment? Visit this post's issue page on GitHub (you'll need a GitHub account).

rss facebook twitter github gitlab youtube mail spotify lastfm instagram linkedin google google-plus pinterest medium vimeo stackoverflow reddit quora quora